Cerita ini berawal dari teman saya yang salah pesen tiket pulang waktu ada acara di Semarang. Ada satu hari nganggur, bingung deh mau ngapain. Yang kepikiran ketika ada di Semarang pastinya Simpang Lima dan Lawang Sewu. Yups... Lawang sewu. Salah satu objek wisata yang terkenal di Semarang, bukan karena keindahannya tapi karena keangkerannya. Orang lokal bilang sih sebenarnya di balik keangkerannya lawang sewu punya segudang sejarah.
Lawang sewu terletak di tengah kota Semarang, persisnya di Jl. Pemuda , Komplek Tugu Muda Semarang Tengah/Semarang Tengah. Kalu dari Simpang 5 sekitar 10-15 menitan. Perjalanan bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik kendaraan umum kayak angkot, taxi atau bis. Naik kendaran pribadi bisa lebih cepet.
Sesampainya di Lawang Sewu, kesan pertama lihat bangunannya sih... Wow, jaman Belanda banget, dan...kalu orang Sunda bilang sih keueung (angker). Untuk bisa keliling-keliling bangunan Lawang Sewu, pengunjung dikenakan biaya 10 ribu per orang dan 30 ribu untuk pemandunya. Mungkin takut ada yang kesurupan kali yah,jadi harus pake pemandu.
Perjalanan dimulai... sang pemandu mulai bercerita sejarah Lawang Sewu.
Pertanyaan yang ada di otak saya adalah:
- Ini beneran ada 1000 pintu?
- Apa bener banyak hantunya di sini?
- Tempat uji nyali dulu tuh sebelah mana?
Heheee... sama sekali ga ada yang menyangkut sejarahnya yah....? :D si pemandu akhirnya menjawab..
- Sebenarnya engga ada 1000, cuman memang sangat banyak pintu dan masyarakat sini biar lebih mudah nyebutnya jadi lawang sewu.
- Yaa..memang kondisinya begitu. Cuman setelah dipugar, sudaha agak berkurang keangkerannya. Yang kesurupan ajah, terakhir tuh 2 minggu lalu. (apa? 2 minggu lalu? Makin merinding deh saya). Setelah bu presiden ke sini, terus ngasih beberapa pidato, hantunya udah dipindahin sebagian. (yg ini ga tau deh bener atau salah).
- Nanti tak tunjukin yah....
Satu persatu gedung dimasukin. Sayangnya, karena sedang pemugaran, gedung yang sedang dipugar engga bisa dimasukin. Alhasil saya hanya masuk ke gedung adminsitrasi (eh, apa namanya lupa) sama gedung C. Gedung C punya dua lantai dan 1 lantai bawah. Wah, memang engga salah ni bangunan disebut lawang sewu. Pintunya banyak banget! Heheeee...
Selain lantai 1, dan 2... saya juga diajak ke atap gedung oleh sang pemandu. yang menarik dari atap adalah ketika masuk ke atas, banyak kelelawar yang nempel di atap gedung...huuuuu... nambah deh kesan mistisnya. Di atas juga ada lapangan badminton. Dulu katanya sering dipake tempat oleh raga waktu gedung ini difungsikan sebagai Kantor Kodam IV Diponegoro. Kamar mandi yang teletak di lantai 2 ga kalah serem. Mungkin karena masih ada perabotan-perabotan asli kayak wastafel dan kurang terurus jadi keliatan angker.
Masih ingat pertanyaan nomor 3 saya?
Akhirnya sang pemandu membawa saya ke pintu menuju ruang bawah tanah. Tapi, untuk masuk ke ruang bawah tanah, pengunjung harus bayar lagi 10 ribu perorang. Nanti akan dipinjami sepatu boot dan senter karena di ruang bawah tanah yang menurut cerita adalah penjara bawah tanah dan tempat penyinksaan, tidak akan ada penerangan kecuali minta agar lampu-lampu yang dipasang dinyalakan. Yah, kalu gitu sih ga seru, heheee.... (sok berani kali).
Perlatan pun dipakai. Di ruang bawah tanah Lawang Sewu gelap banget. Di bawah ruangan terkotak-kotak dan agak lembab. Bahkan di beberapa lokasi ada air tergenang. Baru turun beberapa meter, sang pemamdu menunjukan tempat di mana dulu uji nyali pernah berlangsung. Dan itu tepat di mana saya sedang berdiri. Langsung deg-degan deh saya. Yang bener mas? Yang bener? Whuaaaaa.... saya langsung mundur dan lari balik lagi ke atas. Engga nerusin perjalanan nelurusin ruang bawah tanah Lawang Sewu. Heheeee... maapkan.... :D
Berkat ketidakmampuan saya untuk berani, perjalanan dilanjutkan dengan acara foto-foto. Berharap ada orang tambahan yang muncul di foto. Wow, engga ding.... tapi sayang kalu engga foto-foto. Karena bangunan bersejarah ini memang eksotis. Lawang Sewu setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Yupss...itulah sekilas cerita perjalanan saya di Lawang Sewu. Jangan lupa, setelah keliling-keliling Lawang Sewu, pemandunya di kasih tip yooo...
Dari Lawang Sewu, jalan deh 10 menit ke arah Pandanaran, di situ banyak toko oleh-oleh yang menyajikan berbagai makanan khas Semarang. Bandeng Presto, Lumpia, Wingko... bisa jadi oleh-oleh buat pulang ke rumah....
2 komentar:
Keereenn Mbak !!! Jadi pengen kesana *sok berani :D
mendingan mantapkan dulu niatnya... :D
paling enak kalu ke sana malem jumat, biar bisa silaturahmi ama para penunggunya...
Posting Komentar